Selasa, 01 Januari 2013

FRIEDRICH WILHELM FROEBEL


PANDANGAN FRIEDRICH WILHELM FROEBEL
TENTANG PENDIDIKAN
 
A.    Tentang Froebel
Froebel lahir 21 April 1782 di Oberweißbach, Thüringen (Thuringia) meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1852 di Marienthal, Thuringia. Ia mengabdikan kehidupannya guna mengembangkan suatu sistem mendidik anak. Froebel adalah seorang Pedagogi (pendidik) dan sumber lainnya menyatakan bahwa Bapak Froebel ini adalah seorang ilmuwan, seseorang yang sangat spiritual, naturalist (pecinta alam), bahkan seorang garderner karena beliau mencintai kebun dengan segala isinya. Froebel dianggap sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal karena menciptakan garden of cihldren atau kindegarten (taman kanak-kanak) yang berarti kebun milik anak di Blankenburg, Jerman. Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari sekolah yang ada sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia. Menurut Fröbel, anak-anak harus dibiarkan menciptakan kegiatan mereka sendiri, dan peran guru adalah untuk mengembangkan kreativitas mereka.
Froebel mendirikan kindergarten pertama pada tahun 1837, dengan rancangan kurikulum yang telah terstruktur untuk anak dalam mencapai pemahaman tentang lingkungan sekitarnya. Kurikulum yang dirancang Froebel meliputi pekerjaan atau kegiatan seni, keahlian dan pembangunan. Semua kegiatan yang dirancang dilakukan dalam bermain seperti bermain lilin, meronce, menggunting dan melipat kertas, bernyanyi, permainan, bahasa dan aritmetika. Pendidikan taman kanak-kanak perlu mengikuti sifat anak serta bermain merupakan suatu metode dari pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar.
Froebel mengatakan bahwa tahap ini merupakan masa permulaan pendidikan karena pada tahap ini anak sudah mulai bisa mengucapkan kata benda. Namun demikian, kata pertama yang diucapkan anak tersebut biasanya sedikit salah dan merupakan kewajiban orang tua atau pendampingnya untuk memperbaiki perkataan tersebut dengan mengucapkan kata yang disebutkan anak tersebut dengan benar. Selain pengucapan, Froebel juga menekankan mengenai bermain dan menarik hubungan antara bermain dengan pengalaman pendidikan. Menurut Froebel, bermain merupakan proses dimana perkembangan kepribadian sedang terjadi. Oleh karena itu, ruang gerak anak tidak boleh dibatasi karena apabila kegiatan seorang anak dibatasi maka itu sama dengan mengikat nalar anaknya karena ia tidak bebas untuk menjelajahi lingkungannya. Masa kanak-kanak ini berakhir apabila seorang anak sudah mempunyai pengalaman lahiriah dan menjadikannya sebagai pengalaman batiniah.
Berikut ini akan diuraikan pandangan Froebel tentang pendidikan, tapi sebelum itu akan diuraikan lebih dahulu konsep pemikirannya tentang alam, manusia dan Tuhan.

B.    Konsep tentang Pendidikan
1.     Hakekat Pendidikan
Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia).
Dalam hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah menyatakan dirinya dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang natural dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi; alam harus dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus diapresiasikan sebagai simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan hukum dan ritme  benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan keharmonisan dalam diri manusia.
2.     Metode Pendidikan
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu. Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang terecana dan sistematis.  Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah gift dan occupation: pemberian yang menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permaianan yang ada.
Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan dan membandingkan. Gifts pertama adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna bola yang ada.
 
Terdapat 10 Gift, yaitu 10 kotak kayu yang berisi perangkat permainan-belajar yang berarti juga ada 10 tahapan karena semakin atas levelnya, semakin kompleks dan detail pula arti dibaliknya. Terlihat pola yang semakin mengerucut dari setiap tahapan giftnya. Mengerucut disini artinya semakin kecil yang bisa dipegang dan makin rumit dalam perangkaiannya jika boleh saya katakan jika gift 1 adalah sebuah bentuk yang utuh, semakin naik levelnya adalah lepasan-lepasan dari bentuk utuh itu. Perkenalan umum hingga khusus, makin mendalam seperti itu.
Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri.
1.     Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan. Namun menurut Froebel tujuan ini tidak dapat dibebankan kepada anak; sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya sendiri melalui aktivitas yang ekspresif dari kekuatan-kekuatan yang masih tersebunyi. Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan mampu menunjukan satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap situasi dan kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan pengetahuan ketika perlu.
Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk mengembangan keutuhan anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu untuk menumbuhkembangkan sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan demikian anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru sejauh perlu.
2.     Substansi Pendidikan
Yang menjadi substansi pendidikan menurut Froebel adalah menjadikan manusia untuk mampu mewujudkan dirinya ke arah suatu pengetahuan yang benar.

A.    Unsur bermain untuk merangsang kreativitas anak
Froebel sengaja mendesain pola pembelajaran bagi anak usia dini tidak mengutamakan materi baca-tulis-hitung (calistung), tetapi dia menekankan pada unsur bermain untuk merangsang kreativitas anak. Disamping itu bermain juga dimaksudkan agar anak berpikir konstruktif.
Hal ini di lakukan karena anak usia dini ibarat kaset kosong yang mampu merekam apa saja yang mereka terima. Karena itu, Froebel mendesain materi bermain dalam belajar dan memperkenalkanya dengan bernyanyi. Pola inilah yang kemudian berkembang pada abad ke-19 di Amerika Utara karena adanya imigran Jerman ke benua tersebut. Dari sinilah berkembang kingdergarten yang kita kenal sekarang.
Nah, pola pembelajaran untuk usia dini di sejumlah negara maju, tetap meletakkan bermain sebagai fungsi utama pembelajaran. Anak di biarkan mengenal fenomena yang ada lewat bermain. Pola pembelajaran yang ditanamkan melalui kindergarten seperti :
1.     Mempelajari matematika melalui permainan
Saat berbaris misalnya, anak yang bertubuh tinggi diminta berada di bagian belakang, sebaliknya yang bertubuh lebih pendek di depan. Pola ini memberikan pemahaman bagi anak untuk mulai belajar matematika sambil bermain.
2.     Memahami perbedaan semenjak dini
Yang cukup menarik, taman kanak-kanak (TK) umumnya tidak menggunakan seragam. Secara psikologi perkembangan, pola ini bertujuan agar anak mulai dapat memahami tentang perbedaan semenjak dini. Ada yang berbeda antara dirinya dan orang lain.
3.     Memperkuat sikap ego anak
Selain itu, pola lain yang diterapkan adalah memperkuat sifat ego anak. Kebanyakan orang tua memasukan anaknya ke TK bertujuan agar si anak mampu bersosialisasi. Padahal, dalam usia dini yang harus di perkuat adalah ego anak. Anak harus dididik berkata “inilah aku” bukan “inilah kami”. Kepercayaan diri yang tumbuh sejak dini berdampak pada kemandirianya di masa mendatang. Anak baru belajar bersosialisasi ketika dia masuk sekolah dasar (SD), karena saat itu otaknya sudah mulai berkembang dan emosinya mulai tumbuh.
4.     Pelajaran musik untuk kecerdasan anak
Yang tak kalah pentingnya dalam pembelajaran anak usia dini adalah dengan memberikan pelajaran musik,. Dengan musik, anak mengenal pola ketukan yang merupakan bantuan tersendiri bagi pengembangan kecerdasan anak.
5.     Merusak Pola
Program semacam ini sangat mungkin di anggap tabu di Indonesia. Padahal, sejumlah negara, “merusak pola” (break the pattern) sudah menjadi salah satu materi yang diberikan pada usia dini. Dengan membiarkan anak melukis langit warna kuning, gunung berwarna merah, atau laut berwarna orange, sejatinya bertujuan mengembangkan imajinasi anak, sebab dalam usia dini imajinasi anak sedang berkembang. Anak juga sebaiknya dibiarkan berkhayal semaunya. Tidak perlu di kekang, apalagi didikte dengan satu pola tertentu. Hal ini agar anak memiliki mimpi untuk masa depannya. Tentunya, orang tua harus membimbing anak agar khayalannya itu bisa di arahkan pada hal positif dan bisa diwujudkan.
6.     Bercerita atau Mendongeng
Salah satu cara yang juga efektif dilakukan dalam perkembangan anak usia dini adalah dengan mendongeng. Pola ini juga dilakukan untuk meningkatkan imajinasi anak. Biarkan anak-anak berkhayal kalau gajah itu bisa terbang., kelinci bisa bicara, atau singa itu memakai mahkota karena dia raja hutan.
B.    Kindergarten di Jerman
Di Jerman Kindergarten tidak termasuk dalam lingkup wajib belajar. Sebutan SEKOLAH di Jerman dimulai di Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Lanjutan Atas. Setelah genap berusia 3 tahun biasanya anak-anak memasuki Kindergarten, sehingga hari pertama di Kindergarten bagi setiap anak berbeda-beda, tidak mengikuti waktu awal semester seperti di sekolah pada umumnya. Sampai anak-anak tersebut berumur 6 tahun mereka mengikuti pendidikan pra sekolah ini. Beberapa tahun belakangan ini sudah banyak Kindergarten yang menerima anak pada usia 2 tahun, tetapi biasanya tempat yang disediakan sangat terbatas.
Hampir setiap komunitas daerah dari satu kecamatan memiliki Kindergarten, yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun swasta. Biasanya anak-anak memasuki Kindergarten yang ada di wilayah masing-masing.
Formulir pendaftaran untuk memasuki Kindergarten dapat diunduh dari situs komunitas daerah maupun Kindergarten itu sendiri, formulir yang telah diisi bisa dikirimkan melalui pos atau langsung ke kedua lembaga tersebut. Kemudian tiap keluarga akan mendapatkan satu BUKU dari Kindergarten yang harus dilengkapi dengan berbagai data antara lain;
w  Data anak dengan lampiran Akte Kelahiran.
w  Lampiran catatan pemeriksaan kesehatan anak, ditandatangani oleh Dokter anak yang bersangkutan.
w  Data kedua orang tua, nomor telfon rumah, kantor dan ponsel.
w  Nama lain selain orang tua yang berhak menjemput anak dari Kindergarten, nomor telfon dan status hubungan kekerabatan dengan anak tersebut.
w  Nomor rekening bank. Pembayaran tiap bulan akan langsung dipotong dari saldo rekening di bank. Besarnya biaya pendidikan tiap Kindergarten berbeda-beda, dan biasanya bagi satu keluarga yang memiliki anak tunggal membayar sedikit lebih tinggi dibandingkan keluarga yang memilik anak dua ataupun lebih. 
Jadwal kegiatan Kindergarten adalah Senin - Jumat, pukul 07.45-13.00. Waktu yang ditetapkan paling lambat mengantar anak ke Kindergarten adalah pukul 09.15, sedangkan waktu penjemputan anak dibagi menjadi dua bagian yaitu pukul 12.30 dan 13.00
 
Ruang bermain Kindergarten (kigaammerbuch)











Anak diharuskan melepas sepatu dan menggantinya dengan sepatu rumah, dan meletakkan jaket, topi atau perlengkapan lainnya di tempat yang telah disediakan (archiexpo-de)
Rutinitas pagi hari sampai sekitar pukul 10 adalah bermain di ruangan. Tiap anak bisa memilih sendiri permainan atau kesibukan lain yang akan dilakukannya. Segala jenis permainan tersedia di sana seperti Lego, Balok kayu, mobil-mobilan, kereta api, puzzel, boneka, dan berbagai pilihan lain. Kegiatan seperti menggambar, melukis dengan cat air, atau membuat kerajinan tangan dari kertas ataupun kain adalah juga pilihan yang disenangi. Atau bermain masak-masakan di dapur mini, maupun berdagang di mini market.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar