Sabtu, 29 Desember 2012

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT J.H PESTALOZZI




PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MENURUT JOHAN HEINRICH PESTALOZZI
A.    Biografi J.H Pestalozzi
Johan Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Swiss pada tanggal 12 Januari 1746, dan meninggal di Brugg pada tanggal 17 Februari 1827. Ayahnya seorang dokter ahli bedah terkemuka berbangsa Italia yang beragama Protestan , namun beliau meninggal ketika Johan berusia lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan ibunya. Pengajaran pertama dia dapat dari kakeknya yang seorang pendeta.
Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu dipengaruhi: (1) selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh Pestalozzi lemah sehingga menyebabkan dia sering sakit-sakitan. Hal ini kemudian menyebabkan (2) dia tidak dapat bergaul dan bermain seperti anak laki-laki pada umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan ibunya. (3) Di samping itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil peran dalam keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia khayalan. Alhasil, Pestalozzi tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda dengan teman-teman sebayanya, sehingga akhirnya dia dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh.
Di desa dia melihat masyarakat yang miskin dan menderita. Inilah yang mengilhami Pestalozzi labih mengedepankan tujuan dari pada pendidikan. Cinta kasih dan perhatiannya kepada rakyat miskin dan anak-anak itulah yang membuat Pestalozzi kemudian dinamakan bapak sekolah rakyat atau pendidik rakyat. Tujuan pendidikan Pestalozzi adalah mengangkat derajat status sosial umat manusia denagn mengembangkan semua aspek individualnya, yaitu: otak, tangan dan hati. Pendidikannya bersifat kontinyu, wajar dan spontan.

B.    Pendidikan dan Karir
Pendidikan yang ditempuh johann Heinrich Pestalozzi dimulai dengan memasuki Sekolah Dasar , sekolah Menengah, kemudian memasuki Collegium Carollinum yaitu sebuah sekolah lanjutan yang didirikan ada abad 8 kemudian dibangkitkan kembali pada abad 17. Sebagai sekolah Humanist oleh seorang tokoh pembaharu agama yang liberal dan Sarjana Klasik yaitu Ulrich Zwingli.
Di  Akademi  Pestalozzi  belajar  Bahasa  dan  Sastra  Yunani, Yahudi, Sejarah, Retorika serta Filsafat dibawah bimbingan professor yang berpikiran progresif beliau terus mendorong dan mendukung idealism dan minat  Pestalozzi terhadap reformasi social.
Dia membaca karya-karya Rosseau dan secara periodik menulis essay tentang politik dan masalah-maslah social yang disponsori oleh anggota fakultasnya,berkat tulisannya itu beliau dijuluki seorang radikal oleh kalangan penguasa pemerintah konservatif.
Karena pengaruh tulisan Rosseau yang melukiskan pengacara sebagai pemungut bayaran, dan bertani sebagai pekerjaan alami yang ideal beliau menghentikan rencananya berkarir dalam bidang hukum dan memutuskan menjadi seorang petani. Setelah selama setahun  mendapat pelatihan mengenai pertanian di Canton Of Berne Swiss bagian Barat . Tahun 1768 dia mampu  membeli tanah dan mulai melakukan percobaan pengolahan tanah dengan metoda yang telah dikembangkan. Tetapi karena kegagalan dalam pengelolaan keuangannya pertanian ini ditutup pada tahun 1774. Beliau mengubah pertanian yang telah diberi nama Neuhoff (New Farm) menjadi sekolah dasar bagi anak- anak terlantar dari petani-petani miskin.
Pada awalnya sekolah ini memiliki 20 orang siswa kemudian bertambah menjadi 50 orang anak laki-laki dan anak perempuan. Pola belajar yang diterapkan merupakan perpaduan berkebun,  memasak,  menjahit,dan kelompok diskusi dengan belajar Three Rs (menulis, membaca, dan berhitung) juga kajian Injil.
Tahun 1780 sekolah ini ditutup karena kekurangan dana padahal anak-anak telah mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang menakjubkan, cukup makanan dan pakaian, pengetahuan keterampilan kesehatan dan karakternya yang terus berkembang.
Untuk menopang hidupnya Pestalozzi menjadikan menulis sebagai karir.Tahun 1780 ia menulis  artikel  pada  sebuah  jurnal  The  Evening  Hours  Of  A  Hermit  yang  isinya memerinci prinsip-prinsip pandangan pedegogik dalam bentuk aporisma.

C.    Tujuan Program Pestalozzi
Program-program Pestalozzi bertujuan membantu meletakkan dasar pendidikan pra-sekolah kearah perkembangan sikap dan perilaku, pengetahuan, keterampilan ,kreativitas dan daya cipta tinggi yang diperlukan oleh anak usia dini  dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Program-program tsb mengantisipasi masa emas anak (1-6 tahun) yang memerlukan stimulasi dan rangsangan yang disesuaikan dengan kelompok usia dan temanya dibuat menurut tuntutan jaman.

D.    Fungsi Program Pestalozzi
Berdasarkan tujuan di atas dan mengingat pentingnya pendidikan anak sedini mungkin maka program Pestalozzi berfungsi untuk :
1.      Memperkenalkan anak dengan dunia dan alam  sekitarnya;
2.      Memperkenalkan peraturan dan menanamkan disiplin diri pada anak;
3.      Menanamkan rasa percaya diri dan fleksibilitas anak (pembentukan karakter);
4.      Mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak sesuai dengan tahap perkembangannya.;
5.      Mengembangkan kemampuan anak bersosialisasi /bermasyarakat;.
6.      Memperkenalkan anak kepada 9 jenis intelegensia menurut Gardner (Multiple Intelligences)yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematika,kinestetik, visual-spasial (ruangan), bermusik, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan kecerdasan moral;
7.      Memberi anak kesempatan yang luas untuk tetap menikmati masa bermainnya.

E.    Dasar Pendidikan Teologis
Dalam pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan bahwa untuk menentukan sebuah metode pendidikan yang baik, perlu didasarkan kepada beberapa point, antara lain:
1.       kepercayaan kepada Allah (dalam memahami ini, Pestalozzi memberikan penggambaran bahwa manusia perlu bersandar kepada Allah sebagai pencipta dan awal dari segala pengetahuan).
2.       Alam sebagai pedoman (pemaparan tentang point ini lebih kepada penalaran kita dalam menyesuaikan proses belajar kita kepada irama alami).
3.       Yesus dalam pelayanan kepada sesama dilihat sebagai contoh ideal.
4.       Manusia memiliki jati diri dan tugas selama hidup di dunia, yang dibagi kedalam lima point:
a.       Sebagai makhluk yang memiliki kepercayaan di mana di dalamnya memiliki pengalaman beriman secara pribadi
b.       Yang memiliki sifat-sifat alamiah
c.       Merupakan makhluk social
d.       Bermoral
e.       Memiliki sifat ilahi.

F.     Peran Pengajar
Pestalozzi memberikan beberapa point yang dianggap penting dari hasil pengamatannya tentang tugas dari seorang pengajar, antara lain:
1.     Pengajar bertugas memberikan pengetahuan baru jika naradidik sudah memahami pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya
2.     pengajar bertugas memberikan tugas belajar dalam ruang lingkup yang terbatas dan terarah agar naradidik dapat focus
3.     memanfaatkan pancaindera yang dimiliki naradidik dalam proses belajar-mengejar
4.     mengelompokkan dan menggunakan tiga point penting dalam mengajar, yaitu: jumlah, bentuk, dan bahasa
5.     mengembangkan nalar berpikir naradidik dalam menerima sebuah pengetahuan
6.     melalui pengembangkan nalar berpikir naradidik dituntut untuk memupuk perasaan dan penghargaan terhadap alam sekitarnya
7.     menempatkan pengalaman jasmani dan akal dalam pengalaman moral dan rohani.

G.   Peranan Orang Tua
Pestalozzi juga menekankan satu point yang penting dalam pendidikan, yaitu peran orangtua sebagai pengajar pertama yang didapatkan naradidik. Bagi Pestalozzi, orangtua haruslah berperan dalam menanamkan iman dalam diri naradidik melalui kasih sayang yang diberikan dirumah. Melalui pengalaman ini, orangtua dapat memberikan sebuah contoh yang nyata dalam perlakuan mereka kepada naradidik yang dapat memberikan gambaran bahwa beginilah kasih Allah kepada manusia. Sehingga harapan dari Pestalozzi bahwa naradidik juga dapat membawa pengalaman imannya kedalam ruang pembelajaran dikelas. Di mana proses pembelajaran yang ditawarkan oleh Pestalozzi bukanlah proses pembelajaran yang sudah ada dan telah baku, akan tetapi Pestalozzi memulainya dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian berefleksi atas semua pengalaman-pengalaman itu.
 
H.    Metode
Dengan memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang penting dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan memanfaatkan pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap agar pendidikan ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak, karena semua ini merupakan sebuah dobrakan yang diberikan agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua golongan masyarakat.

Dasar metodenya adalah:
w  Impression atau pengamatan
w  Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan dan moral
w  Asas didaktik yang pokok adalah asas keberupaan. Yang mana apaa-apa yang akan diajarkan kepada anak harus terlebih dahulu diperagakan atau diperlihatkan kepada anak. Jadi sifat dari pendidikan Pestalozzi adalah pengajaran klasikal dan peragaan

Ide Pestalozzi lainnya yang juga penting adalah Learning by Doing, belajar sambil melakukan. Untuk ini guru harus dipersiapkan untuk tidak selalu “menyuapi” anak didik terus menerus. Sedangkan belajar aktif menurut Pestalozzi mengharuskan anak mencoba, mengeksplorasi, mengobservasi, melakukan sendiri kegiatan sehari-hari. Dengan melalui learning by doing barulah anak belajar yang sebenarnya.

Dalam pendidikan terdapat beberapa beberapa hal diantaranya:
1)        Dasar Pendidikan      : Dasar sosial, dasar psikologis.
2)        Tujuan Pendidikan    : Mempertinggi derajat rakyat dengan mengembangkan potensi jiwa anak secara wajar.
3)        Isi Pendidikan           : Anasir-anasir dalam pengajaran berupa: bunyi, bentuk dan bilangan.
4)        Lembaga Pendidikan     : Rumah kerja, rumah yatim piatu, lembaga pendidikan.
5)        Metode Pendidikan   : Azas peragaan dan azas perkembangan.

1 komentar: