A.
Teori
Perkembangan “Erik Erikson”
“Man the un-known” (manusia adalah makhluk yang
misteri) demikian di ungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan
ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia oleh para ahli. Banyak ikhtiar
akademis yang dilakukan oleh para ahli saat ingin memapar siapa sesungguhnya
dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi juga
psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia
dengan perspektif masing-masing.
Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang
melakukan ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari
sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson
beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud.
Kelebihan yang dapat kita
temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia,
tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah
bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan
tahapan manusia, tidak hanya sekedar faktor libidinal sexual.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi
mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah
ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi
dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic
Principle” yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan
persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip
epigenetic. Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian
kata yaitu :
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam
kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan
sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong,
mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga
merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru
memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk
mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang
ada.
B. Konsep Dasar Kepribadian
Erik Erikson adalah seorang
psikolog yang merupakan murid dari Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik.
Erikson mengambil psikoanalitik sebagai dasar teorinya namun ia mengikut
sertakan pengaruh-pengaruh sosial individu dalam perkembangannya. Berbeda
dengan Freud yang berpendapat bahwa pengalaman masa kanak-kanak, terutama di
lima tahun awal, yang mempengaruhi kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson
berpendapat bahwa masa dewasa bukanlah sebuah hasil dari pengalaman-pengalaman
masa lalu tetapi merupakan proses kelanjutan dari tahapan sebelumnya.
Erik Erikson membantah ide
Freud yang mengatakan bahwa identitas sudah ditentukan dan terbentuk sejak
kanak-kanak, pada usia lima atau enam tahun. Erikson berpendapat bahwa
pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.
Manusia adalah makhluk yang
unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu
berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan
sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.
Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal positif .
Konsep dasar kepribadian
manusia menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan
dari dalam diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar,
seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu
berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir
(bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir).
C.
Struktur Kepribadian
Seperti yang telah dibahas
sebelumnya bahwa Erikson dalam mengembangkan teorinya mengambil dasar dari
teori psikoanalitik Freud, namun Erik Erikson tidak sependapat dengan
Freud yang mengatakan bahwa reaksi masa dewasa adalah hasil dari
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, khususnya di usia 5 sampai 6 tahun
awal.
Menurut Erikson, lingkungan
di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian,
sumber kesadaran diri dan identitas. Erik Erikson percaya bahwa setiap manusia
berjalan melalui sejumlah tahap untuk mencapai pembangunan penuhnya, berteori
delapan tahap, bahwa manusia melewati dari lahir sampai mati.
Erikson berpendapat bahwa
kepribadian manusia tidaklah didorong oleh energi dari dalam, melainkan untuk
merespon rangsangan yang berbeda-beda, misalnya indvidu dalam kehidupannya
perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Erikson egolah yang
mengembangkan segala sesuatunya. Misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya,
hubungan sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang individu haruslah memiliki
ego yang sehat dan kuat guna merespon kondisi lingkungan sebagai salah satu
proses beradaptasi.
Erikson menguraikan tahap
genital Freud menjadi remaja dan menambahkan tiga tahap dewasa. Janda Joan
Serson Erikson menguraikan pada model sebelum kematiannya, menambahkan tahap
kesembilan (umur tua) itu, dengan mempertimbangkan harapan hidup meningkat di
budaya Barat. Erikson adalah Neo-Freudian, digambarkan sebagai seorang psikolog
ego mempelajari tahap pembangunan yang mencakup seluruh siklus hidup. Setiap
tahap Erikson pengembangan psikososial ditandai oleh konflik, untuk yang
resolusi sukses akan menghasilkan hasil yang menguntungkan, misalnya, kepercayaan
vs ketidakpercayaan dan oleh sebuah peristiwa penting, konflik ini
terselesaikan sendiri.
D.
Proses Perkembangan
Kepribadian
Proses perkembangan
kepribadian menurut Erik Erikson adalah sebuah proses yang berlangsung sejak
masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan kepribadian tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari dalam diri) tetapi juga
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada dilingkungan dimana
individu tumbuh dan berkembang.
Tahapan-tahapan yang
dikemukakan oleh Erikson ini menggunakan tahapan perkembangan psikoseksual
Freud sebagai dasar teorinya, hal ini terlihat dari lima tahapan pertama yang
Erikson ajukan memperlihatkan krisis ego yang sama dengan tahapan psikoanalitik
Freud.
Dalam setiap tahapan, Erikson
percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik
dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas
itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
E.
Tahap Perkembangan Hidup
Manusia
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
a. Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
b. Tingkat pertama teori perkembangan
psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan
merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
c. Oleh karena bayi sangat bergantung,
perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari
pengasuh kepada anak.
d. Jika anak berhasil membangun
kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak
konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong
perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam
mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa
dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS
malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
a.
Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
b. Tingkat ke dua dari teori perkembangan
psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada
perkembangan besar dari pengendalian diri.
c. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa
latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini.
Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar
untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan
mengendalikan dan kemandirian.
d. Kejadian-kejadian penting lain meliputi
pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang
disukai, dan juga pemilihan pakaian.
e. Anak yang berhasil melewati tingkat ini
akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa
tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
a.
Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. Selama masa usia prasekolah mulai
menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan
interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena
menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan
bertujuan.
c. Anak yang berhasil dalam tahap ini
merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
d.
Mereka yang gagal mencapai tahap ini
akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak
diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
e. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa
bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a.
Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b.
Melalui interaksi sosial, anak mulai
mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
c. Anak yang didukung dan diarahkan oleh
orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan
yang dimilikinya.
d. Anak yang menerima sedikit atau tidak
sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu
akan kemampuannya untuk berhasil.
e. Prakarsa yang
dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan
pengalaman-pengalaman baru.
f.
Ketika beralih ke masa pertengahan dan
akhir kanak-kanak, mereka men
g.
garahkan energi mereka menuju
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
h.
Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa
rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak
produktif.
i.
Erikson yakin bahwa guru memiliki
tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Identity vs identify confusion
(identitas vs kebingungan identitas)
a.
Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b.
Selama remaja ia mengekplorasi
kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c.
Anak dihadapkan
dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka
menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan).
d.
Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang
dewasa –pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan
jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus.
e.
Jika remaja menjajaki peran-peran
semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan
dicapai.
f.
Jika suatu identitas remaja ditolak
oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa
depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
g.
Namun bagi mereka yang menerima
dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan
control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h.
Bagi mereka yang tidak yakin terhadap
kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung
terhadap diri dan masa depannya.
Tahap 6. Intimacy vs isolation
(keintiman vs keterkucilan)
a.
Terjadi selama masa dewasa awal (20an
s/d 30an tahun)
b.
Erikson percaya tahap ini penting,
yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan
orang lain.
c.
Mereka yang berhasil di tahap ini, akan
mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
d.
Erikson percaya bahwa identitas
personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian
telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung
memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering
terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.
e.
Jika mengalami kegagalan, maka akan
muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
Tahap 7. Generativity vs Stagnation
(bangkit vs berhenti)
a.
Terjadi selama masa pertengahan dewasa
(40an s/d 50an tahun).
b.
Selama masa ini, mereka melanjutkan
membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
c.
Mereka yang berhasil dalam tahap ini,
maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan
partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
d.
Mereka yang gagal melalui tahap ini,
akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
Tahap 8. Integrity vs depair
(integritas vs putus asa)
a.
Terjadi selama masa akhir dewasa (60an
tahun)
b.
Selama fase ini cenderung melakukan
cerminan diri terhadap masa lalu.
c.
Mereka yang tidak berhasil pada fase
ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
d.
Individu akan merasa kepahitan hidup
dan putus asa
e.
Mereka yang berhasil melewati tahap
ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah
dialami.
f.
Individu ini akan mencapai kebijaksaan,
meskipun saat menghadapi kematian.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
1.
Perkembangan
emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
2.
Adanya
interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
3.
Adanya
keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
4.
Dalam
menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
5.
Pada
setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6.
Perkembangan
manusia dari sejak lahir hingga akhir hayat dibagi dalam 8 fase, dengan
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
7.
Prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
a.
Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang
diprediksikan, berkelanjutan dan berurutan.
b.
Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal
atau proximodistal
c.
Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda
telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan
keahlian baru.
d.
Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun
selama periode kritis
Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung
genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritisSumber bacaan :
Amirullah Daeng. 2012. Teori Kepribadian Erikson.
erikson-2//
diakses tanggal 12 November 2012)
Jess Feist., Gregory J. Feist.
2010. Teori kepribadian.Jakarta:
Salemba humanika.
Kongkoh. 2010. Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson.
erik.html.//
diakses tanggal 12 November 2012)
Sally wendkos olds., dkk. 2008. Human
development. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup
Wiwien Dinar Pratisiti. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar